Ketika sampai ia langsung
mengutarakan maksud dan keperluannya. “Ya Amr, sesungguhnya seorang pemimpin
diangkat oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Dia diangkat bukan untuk
golongannya, bukan untuk bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya, dan
bukan pula untuk menindas yang lemah dan mengambil hak yang bukan miliknya.
Khalifar Umar telah memberi izin kepada saya untuk memperoleh hak saya di muka
umum.”
“Apakah kamu akan menuntut gubernur?” tanya salah seorang yang hadir.
“Ya, demi kebenaran akan saya tuntut dia,” jawab lelaki itu tegas.
“Tetapi, dia kan gubernur kita?”
“Seandainya yang menghina itu Amiirul Muminin, saya juga akan
menuntutnya.”
“Ya, saudara-saudaraku. Demi Allah, aku minta kepada kalian yang
mendengar dan melihat kejadian itu agar berdiri.”
Maka banyaklah yang berdiri.
“Apakah kamu akan memukul gubernur?” tanya mereka.
“Ya, demi Allah saya akan memukul dia sebanyak 40 kali.”
“Tukar saja dengan uang sebagai pengganti pukulan itu.”
“Tidak, walaupun seluruh masjid ini berisi perhiasan aku tidak akan
melepaskan hak itu,” jawabnya."
“Baiklah, mungkin engkau lebih suka demi kebaikan nama gubernur kita,
di antara kami mau jadi penggantinya,” bujuk mereka.
“Saya tidak suka pengganti.”
“Kau memang keras kepala, tidak mendengar dan tidak suka usulan kami
sedikit pun.”
“Demi Allah, umat Islam tidak akan maju bila terus begini. Mereka
membela pemimpinnya yang salah dengan gigih karena khawatir akan dihukum,”
ujarnya seraya meninggalkan tempat.
Amr binAsh serta merta menyuruh anak buahnya untuk memanggil orang itu.
Ia menyadari hukuman Allah di akhirat tetap akan menimpanya walaupun ia selamat
di dunia.
“Ini rotan, ambillah! Laksanakanlah hakmu,” kata gubernur Amr bin Ash
sambil membungkukkan badannya siap menerima hukuman balasan.
“Apakah dengan kedudukanmu sekarang ini engkau merasa mampu untuk
menghindari hukuman ini?” tanya lelaki itu.
“Tidak, jalankan saja keinginanmu itu,” jawab gubernur.
“Tidak, sekarang aku memaafkanmu,” kata lelaki itu seraya memeluk
gubernur Mesir itu sebagai tanda persaudaraan. Dan rotan pun ia lemparkan.
Umar wafat pada tahun 23 Hijriah atau 644
Masehi. Saat salat subuh, seorang asal Parsi Firuz menikamnya dan mengamuk di
masjid dengan pisau beracun. Enam orang lainnya tewas, sebelum Firus sendiri
juga tewas. Banyak dugaan mengenai alasan pembunuhan tersebut. Yang pasti,ini
adalah pembunuhan pertama seorang muslim oleh muslim lainnya.
Umar bukan saja seorang yang
sederhana, tapi juga seorang yang berani berijtihad. Yakni melakukan hal-hal
yang tak dilakukan Rasul. Untuk pemerintah, ia membentuk departemen-departemen.Ia tidak lagi membagikan
harta pampas an perang buat pasukannya, melainkan menetapkan gaji buat mereka.
Umar memulai penanggalan Hijriah, dan melanjutkan pengumpulan catatan ayat
Quran yang dirintis Abu Bakar. Ia juga memerintahkan salat tarawih berjamaah.
Komentar
Posting Komentar