Sesampai di ruang guru akupun menemui guru IPS ku langkahku terasa
sangat berat, detak jantungku terasa lebih cepat dari biasanya dan pikiranku
seakan buyar tak menentu dan akhirnya akupun berpapasan langsung dengan guru
IPS ku itu. Bibirku terasa mati rasa, keringat dingin bercucuran disekujur
tubuhku, suara bising disekitar seakan membuat keadaan semakin mencekam. Dipikiranku
hanya dipenuhi dengan rangkaian kata-kata
tak beraturan yang ku persiapkan untuk menjelaskan hilangnya buku kepada
guru IPS ku itu.
“Oh Angki dari tadi ibu cari-cari kemana aja kamu?” ujar guru IPS yang membuatku
semakin cemas dan tegang. “Aadaa bbbuu” dengan seluruh keberanian aku
menjawabnya dengan nada terbatah-batah. “Angki kenapa kamu begitu ceroboh
meletakkan buku IPS ibu disembarang tempat, asal kamu tahu buku IPS itu cuma
satu” ujarnya dengan nada agak marah. “Ddadarimanaa ibbu tatauu buku itu
hilang?” tanyaku terheran heran dengan nada masih terbatah-batah ketakutan. “Untung
ada temanmu rangga yang menemukan buku IPS ibu, lagian ibu kemarin menyuruh
kamu menyampaikan tugas menulis materi kenapa kamu fotocopy?” ujarnya dengan
nada semakin tinggi. Mendengar hal tersebut sontak membuatku sangat terkejut,
keadaan disekitarku seakaan dengan sekejap berubah menjadi hening, dan sejuta
pertanyaan tiba-tiba muncul dibenak.
“Apa? Rangga bagaimana bisa tiba tiba ada pada rangga?” tanyaku tanpa
sengaja. “Iya Seharusnya kamu berterimakasih kepadanya, oleh karenanya kamu
tidak harus mengganti buku IPS ibu” ujar guru IPS. “Baik bu, Mohon maaf yang
sebesar besarnya Angki janji tidak akan mengulangi kesalahan lagi” jawabku.
Akupun kembali ke kelas dan berniat menanyakan semua ini kepada rangga dan
meminta penjelasan darinya.
>>PART IV
Komentar
Posting Komentar