Lagi-lagi
Indonesia untuk kesekian kalinya berencana menggantikan kurikulum. ada beberapa
perubahan yang telah dirombak dari kurikulum lama yaitu penghapusan mata
pelajaran bahasa Inggris pada tingkat sekolah dasar serta pendakatan tematik
integratif yang katanya pada pendekatan ini siswa akan belajar dengan tema yang
akan di kombinasikan dengan mata pelajaran, yaitu : PPKN, Agama, bahasa
Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Pendidikan jasmani.
Kurikulum ini
sendiri seperti kata Kemendikbud bukanlah kurikulum baru di dunia, bahkan sudah
diterapkan di Finlandia, Jerman dan prancis. Pertanyaannya apakah kurikulum ini
bisa di operasionalkan di Indonesia dengan pertimbangan keadaan lingkungan yang
bisa dikatakan masih jauh berbeda dengan negara yang disebutkan diatas? tentu
tidak mudah menjawab pertanyaan ini secara langsung karena kita belum melihat
dampak kurikulum ini kedepan. untuk itu mari kita melihat secara sekilas
bagaimana kontras kurikulum Finlandia dan Indonesia.
Kurikulum di
Finlandia salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination
and equal treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat perlakuan
yang sama. Di Finlandia semua anak punya hak sama dalam pendidikan, tidak
dibedakan antara si kaya dan si miskin dan semua sekolah tidak dibedakan baik
itu sekolah favorit atau tidak. Jadi siswa bisa masuk ke sekolah mana saja
karena semua sekolah sama. hal lain yang membuat sistem pendidikan di Finlandia
berbeda adalah karena tidak ada assessment atau penilaian. Siswa-siswa di
Finlandia dibimbing untuk memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak
heran jika di dalam kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1
bertindak sebagai guru utama dan 1-nya sebagai asisten. di sisi lain
berdasarkan hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and have
their say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman
dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan. Jadi mereka memiliki hak mendapatkan
ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. Mereka juga mendapatakan dukungan
spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan anak-anak yang membutuhkan waktu
ektra akan memiliki kelas tambahan untuk diajarkan secara khusus agar mereka
mendapatkan hal yang sama seperti anak lainnya.
Dari segi mata
pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti yang semuanya terbungkus
dengan kata orientation. kenapa ada kata orientation? karena kurikulum di
Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan
siswa belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk
mulai memperoleh kemampuan menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang
ada disekitar mereka. maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini
yaitu examine, understand & experience. Jadi siswa melatih kemudian
memahami dan mencoba. jadi pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak belajar isi
dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu tersebut. Tentunya dengan
fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik desa maupun kota.
Hal menarik
lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia tidak sebatas hanya
di dalam kelas. siswa diajak mengekplorasi pengetahuan secara langsung di luar
kelas ketika bahan ajar berkaitan dengan lingkungan. jadi dalam hal ini siswa
tidak semata-mata belajar teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka
tentang alam demi mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung.
Jangan heran
jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement, orang tua siswa juga
terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga secara tidak langsung memiliki
ikatan kerjasama dengan sekolah. tujuannya adalah agar memungkinkan pihak
sekolah tahu bakat anak secara akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si
anak lebih tersalurkan di sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak
sekolah. luar biasa bukan? dan ini mereka lakukan dalam bentuk diskusi bersama
orangtua dan staff.
Tidak hanya itu,
orang tua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum sehingga mereka punya hak
memberikan saran untuk perkembangan si anak. ini adalah peran nyata orangtua
dalam pendidikan. jadi orantua di Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke
sekolah dan terus selesai, mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk
memonitor kemajuan si anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran
dan pendapat untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.
Kurikulum di
Indonesia di atas saya sudah menjelaskan bagaimana kurikulum di Finlandia di
Jalankan. nah, sekarang mari kita bandingkan dengan kurikulum di Indonesia. di
Indonesia kurikulum di atur oleh pemerintah pusat dengan keterlibatan mereka
yang ahli dalam bidang kurikulum. Kurikulum hanya bisa diubah oleh pemerintah
sementara masyarakat hanya menjadi konsumen yang patuh dan taat. Orangtua didik
juga tidak terlibat apapun dalam hal kurikulum. lantas, bagaimana melihat
kurikulum kita berhasil atau tidak? Apa cukup dengan nilai UAN?
Untuk menjawab
pertanyaan diatas mungkin anda bisa menerka-nerka jawaban sesuai pengalaman
anda yang sudah lama belajar di Indonesia dan tanyakan pada diri anda sendiri
apakah selama ini anda merasa puasa dengan sistem pembelajaran yang ada. Menerapkan
kurikulum dari negara maju sah-sah saja selama diterapkan dengan benar dan
tepat sasaran. Namun dari itu apakah kita siap mengadopsi sistem negara maju
yang mereka memang kondisi pendidikan didukung baik oleh sarana dan prasarana
dan guru yang memiliki latar belakang keilmuan dan pengalaman yang baik.
sementara di Indonesia, secara kasat mata kita bisa melihat bahwa pendidikan
kita sama sekali belum merata. Di desa dan di kota sangat berbeda dari segi
fasilitas, guru dan lingkungan. jadi jelas kompetensi gurunya berbeda dan
sistem pembelajarannya juga akan berbeda.
Dalam hal
fasilitas kita masih tertingga jauh dengan negara maju seperti Finlandia. Yang
saya maksud disini adalah fasilitas sekolah untuk mendukung kegiatan belajar termasuk laboratorium bahasa, sains dan lainnya. tanpa fasilitas yang memadai
sangat sulit untuk menelurkan siswa yang berprestasi dibidangnya. Terlebih jika
kita berbicara dengan sekolah-sekolah di pinggiran desa yang jauh dari kata
wajar dan bahkan jarang mendapat bantuan, dikunjungipun hampir tidak pernah. Jadi siapkah mereka memulai kurikulum baru ini.
Guru juga
memiliki peran aktif dalam hal menjalankan kurikulum ini. sosialisai tentang
kurikulum 2013 ini sangat penting agar guru tidak mengalami "serangan
jantung" tiba-tiba. Tanpa pengetahuan yang cukup maka guru tidak akan bisa
mengaplikasikan kurikulum baru ini. terlebih lagi dalam kurikulum baru ini guru
dituntut lebih mandari dan aktif menciptakan bahan. Disini guru dituntut melakukan
tiga hal yaitu Guide, teach, explain. Guru diharapkan dapat membimbing siswa,
mengajarkan mereka dan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Jadi tidak
sebatas mengeluarkan isi buku dan dimasukkan ke kepala siswa, tetapi peran
aktif guru lebih dituntut untuk menuntun siswa mendapatkan apa yang seharusnya
mereka dapat di sekolah.
Keterlibatan
pihak ketiga seperti orang tua juga harus dipikirkan kedepan. Jadi tidak hanya
sebatas belajar di sekolah dan selesai. Orangtua harus diajak terlibat dengan
pendidikan anak agar mereka mengerti akan apa yang dibutuhkan anak. dalam hal
ini pihak sekolah memiliki peran menghubungkan orangtua dan guru sehingga bakat
anak bisa tersalurkan dengan tepat. Orangtua tentu mengetahui bakat anak lebih
baik dari guru jadi tugas orangtua adalah berkoordinasi dengan guru melalui
keterlibatan dalam evaluasi. nantinya ini bisa menjadi masukan bagi guru dan
juga pemerintah dalam hal evaluasi kurikulum.
Akhirnya saya
berharap pemerintah dapat lebih terbuka dalam hal perubahan kurikulum dengan
melibatkan siswa, guru dan masyarakat. Karena pada hakikinya merekalah yang
lebih berperan dalan hal pendidikan karena mereka lebih tahu dengan pengalaman
dilapangan. semoga kurikulum 2013 akan lebih baik dari kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Semoga!
gi-lagi Indonesia untuk
kesekian kalinya berencana menggantikan kurikulum. ada beberapa
perubahan yang telah dirombak dari kurikulum lama yaitu
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masykur_ideas/kurikulum-2013-indonesia-vs-kurikulum-finlandia_5519ae6ea33311111ab6598e
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masykur_ideas/kurikulum-2013-indonesia-vs-kurikulum-finlandia_5519ae6ea33311111ab6598e
Lagi-lagi Indonesia
untuk kesekian kalinya berencana menggantikan kurikulum. ada beberapa
perubahan yang telah dirombak dari kurikulum lama yaitu penghapusan mata
pelajaran bahasa Inggris pada tingkat sekolah dasar serta pendakatan
tematik integratif yang katanya pada pendekatan ini siswa akan belajar
dengan tema yang akan di kombinasikan dengan mata pelajaran, yaitu
:PPKN, Agama, bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Pendidikan
jasmani.
Kurikulum ini sendiri seperti kata Kemendikbud bukanlah kurikulum baru
di dunia, bahkan sudah diterapkan di Finlandia, Jerman dan prancis.
pertanyaannya apakah kurikulum ini bisa di operasionalkan di Indonesia
dengan pertimbangan keadaan lingkungan yang bisa dikatakan masih jauh
berbeda dengan negara yang disebutkan diatas? tentu tidak mudah menjawab
pertanyaan ini secara langsung karena kita belum melihat dampak
kurikulum ini kedepan. untuk itu mari kita melihat secara sekilas
bagaimana kontras kurikulum Finlandia dan Indonesia
Kurikulum di Finlandia
salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and
equal treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat
perlakuan yang sama. di Finlandia semua anak punya hak sama dalam
pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin dan semua
sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak. jadi siswa
bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. hal lain yang
membuat sistem pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak ada
assessment atau penilaian. siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk
memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak heran jika di dalam
kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak
sebagai guru utama dan 1-nya sebagai asisten. di sisi lain berdasarkan
hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and have their
say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman
dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan. jadi mereka memiliki hak
mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. mereka juga
mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan
anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan
untuk diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama
seperti anak lainnya.
Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti
yang semuanya terbungkus dengan kata orientation. kenapa ada kata
orientation? karena kurikulum di Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa
6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa belajar isi dari seluruh
pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh kemampuan
menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar
mereka. maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini yaitu
examine, understand, & experience. jadi siswa melatih kemudian
memahami dan mencoba. jadi pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak
belajar isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu
tersebut. tentunya dengan fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik
desa maupun kota.
Hal menarik lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia
tidak sebatas hanya di dalam kelas. siswa diajak mengekplorasi
pengetahuan secara langsung di luar kelas ketika bahan ajar berkaitan
dengan lingkungan. jadi dalam hal ini siswa tidak semata-mata belajar
teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka tentang alam
demi mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung.
jangan heran jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement,
orang tua siswa juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga
secara tidak langsung memiliki ikatan kerjasama dengan sekolah.
tujuannya adalah agar memungkinkan pihak sekolah tahu bakat anak secara
akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan di
sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah. luar biasa
bukan? dan ini mereka lakukan dalam bentuk diskusi bersama orangtua dan
staff.
tidak hanya itu, orang tua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum
sehingga mereka punya hak memberikan saran untuk perkembangan si anak.
ini adalah peran nyata orangtua dalam pendidikan. jadi orantua di
Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke sekolah dan terus selesai,
mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk memonitor kemajuan si
anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran dan pendapat
untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.
Kurikulum di Indonesia
di atas saya sudah menjelaskan bagaimana kurikulum di Finlandia di
Jalankan. nah, sekarang mari kita bandingkan dengan kurikulum di
Indonesia. di Indonesia kurikulum di atur oleh pemerintah pusat dengan
keterlibatan mereka yang ahli dalam bidang kurikulum. kurikulum hanya
bisa diubah oleh pemerintah sementara masyarakat hanya menjadi konsumen
yang patuh dan taat. orangtua didik juga tidak terlibat apapun dalam hal
kurikulum. lantas, bagaimana melihat kurikulum kita berhasil atau
tidak? apa cukup dengan nilai UAN?
untuk menjawab pertanyaan diatas mungkin anda bisa menerka-nerka jawaban
sesuai pengalaman anda yang sudah lama belajar di Indonesia dan
tanyakan pada diri anda sendiri apakah selama ini anda merasa puasa
dengan sistem pembelajaran yang ada.
menerapkan kurikulum dari negara maju sah-sah saja selama diterapkan
dengan benar dan tepat sasaran. namun dari itu apakah kita siap
mengadopsi sistem negara maju yang mereka memang kondisi pendidikan
didukung baik oleh sarana dan prasarana dan guru yang memiliki latar
belakang keilmuan dan pengalaman yang baik. sementara di Indonesia,
secara kasat mata kita bisa melihat bahwa pendidikan kita sama sekali
belum merata. Di desa dan di kota sangat berbeda dari segi fasilitas,
guru dan lingkungan. jadi jelas kompetensi gurunya berbeda dan sistem
pembelajarannya juga akan berbeda.
Dalam hal fasilitas kita masih tertingga jauh dengan negara maju seperti
Finlandia. yang saya maksud disini adalah fasilitas sekolah untuk
mendukung kegiatan belajar. termasuk laboratorium bahasa, sains dan
lainnya. tanpa fasilitas yang memadai sangat sulit untuk menelurkan
siswa yang berprestasi dibidangnya. terlebih jika kita berbicara dengan
sekolah-sekolah di pinggiran desa yang jauh dari kata wajar dan bahkan
jarang mendapat bantuan, dikunjungipun hampir tidak pernah. jadi siapkah
mereka memulai kurikulum baru ini.
Guru juga memiliki peran aktif dalam hal menjalankan kurikulum ini.
sosialisai tentang kurikulum 2013 ini sangat penting agar guru tidak
mengalami "serangan jantung" tiba-tiba. tanpa pengetahuan yang cukup
maka guru tidak akan bisa mengaplikasikan kurikulum baru ini. terlebih
lagi dalam kurikulum baru ini guru dituntut lebih mandari dan aktif
menciptakan bahan. disini guru dituntut melakukan tiga hal yaitu Guide,
teach, explain. guru diharapkan dapat membimbing siswa, mengajarkan
mereka dan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. jadi tidak
sebatas mengeluarkan isi buku dan dimasukkan ke kepala siswa, tetapi
peran aktif guru lebih dituntut untuk menuntun siswa mendapatkan apa
yang seharusnya mereka dapat di sekolah.
Keterlibatan pihak ketiga seperti orang tua juga harus dipikirkan
kedepan. jadi tidak hanya sebatas belajar di sekolah dan selesai.
orangtua harus diajak terlibat dengan pendidikan anak agar mereka
mengerti akan apa yang dibutuhkan anak. dalam hal ini pihak sekolah
memiliki peran menghubungkan orangtua dan guru sehingga bakat anak bisa
tersalurkan dengan tepat. orangtua tentu mengetahui bakat anak lebih
baik dari guru jadi tugas orangtua adalah berkoordinasi dengan guru
melalui keterlibatan dalam evaluasi. nantinya ini bisa menjadi masukan
bagi guru dan juga pemerintah dalam hal evaluasi kurikulum.
Akhirnya saya berharap pemerintah dapat lebih terbuka dalam hal
perubahan kurikulum dengan melibatkan siswa, guru dan masyarakat. karena
pada hakikinya merekalah yang lebih berperan dalan hal pendidikan
karena mereka lebih tahu dengan pengalaman dilapangan. semoga kurikulum
2013 akan lebih baik dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. semoga!
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masykur_ideas/kurikulum-2013-indonesia-vs-kurikulum-finlandia_5519ae6ea33311111ab6598e
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masykur_ideas/kurikulum-2013-indonesia-vs-kurikulum-finlandia_5519ae6ea33311111ab6598e
Lagi-lagi Indonesia
untuk kesekian kalinya berencana menggantikan kurikulum. ada beberapa
perubahan yang telah dirombak dari kurikulum lama yaitu penghapusan mata
pelajaran bahasa Inggris pada tingkat sekolah dasar serta pendakatan
tematik integratif yang katanya pada pendekatan ini siswa akan belajar
dengan tema yang akan di kombinasikan dengan mata pelajaran, yaitu
:PPKN, Agama, bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Pendidikan
jasmani.
Kurikulum ini sendiri seperti kata Kemendikbud bukanlah kurikulum baru
di dunia, bahkan sudah diterapkan di Finlandia, Jerman dan prancis.
pertanyaannya apakah kurikulum ini bisa di operasionalkan di Indonesia
dengan pertimbangan keadaan lingkungan yang bisa dikatakan masih jauh
berbeda dengan negara yang disebutkan diatas? tentu tidak mudah menjawab
pertanyaan ini secara langsung karena kita belum melihat dampak
kurikulum ini kedepan. untuk itu mari kita melihat secara sekilas
bagaimana kontras kurikulum Finlandia dan Indonesia
Kurikulum di Finlandia
salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and
equal treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat
perlakuan yang sama. di Finlandia semua anak punya hak sama dalam
pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin dan semua
sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak. jadi siswa
bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. hal lain yang
membuat sistem pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak ada
assessment atau penilaian. siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk
memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak heran jika di dalam
kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak
sebagai guru utama dan 1-nya sebagai asisten. di sisi lain berdasarkan
hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and have their
say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman
dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan. jadi mereka memiliki hak
mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. mereka juga
mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan
anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan
untuk diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama
seperti anak lainnya.
Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti
yang semuanya terbungkus dengan kata orientation. kenapa ada kata
orientation? karena kurikulum di Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa
6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa belajar isi dari seluruh
pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh kemampuan
menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar
mereka. maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini yaitu
examine, understand, & experience. jadi siswa melatih kemudian
memahami dan mencoba. jadi pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak
belajar isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu
tersebut. tentunya dengan fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik
desa maupun kota.
Hal menarik lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia
tidak sebatas hanya di dalam kelas. siswa diajak mengekplorasi
pengetahuan secara langsung di luar kelas ketika bahan ajar berkaitan
dengan lingkungan. jadi dalam hal ini siswa tidak semata-mata belajar
teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka tentang alam
demi mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung.
jangan heran jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement,
orang tua siswa juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga
secara tidak langsung memiliki ikatan kerjasama dengan sekolah.
tujuannya adalah agar memungkinkan pihak sekolah tahu bakat anak secara
akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan di
sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah. luar biasa
bukan? dan ini mereka lakukan dalam bentuk diskusi bersama orangtua dan
staff.
tidak hanya itu, orang tua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum
sehingga mereka punya hak memberikan saran untuk perkembangan si anak.
ini adalah peran nyata orangtua dalam pendidikan. jadi orantua di
Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke sekolah dan terus selesai,
mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk memonitor kemajuan si
anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran dan pendapat
untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.
Kurikulum di Indonesia
di atas saya sudah menjelaskan bagaimana kurikulum di Finlandia di
Jalankan. nah, sekarang mari kita bandingkan dengan kurikulum di
Indonesia. di Indonesia kurikulum di atur oleh pemerintah pusat dengan
keterlibatan mereka yang ahli dalam bidang kurikulum. kurikulum hanya
bisa diubah oleh pemerintah sementara masyarakat hanya menjadi konsumen
yang patuh dan taat. orangtua didik juga tidak terlibat apapun dalam hal
kurikulum. lantas, bagaimana melihat kurikulum kita berhasil atau
tidak? apa cukup dengan nilai UAN?
untuk menjawab pertanyaan diatas mungkin anda bisa menerka-nerka jawaban
sesuai pengalaman anda yang sudah lama belajar di Indonesia dan
tanyakan pada diri anda sendiri apakah selama ini anda merasa puasa
dengan sistem pembelajaran yang ada.
menerapkan kurikulum dari negara maju sah-sah saja selama diterapkan
dengan benar dan tepat sasaran. namun dari itu apakah kita siap
mengadopsi sistem negara maju yang mereka memang kondisi pendidikan
didukung baik oleh sarana dan prasarana dan guru yang memiliki latar
belakang keilmuan dan pengalaman yang baik. sementara di Indonesia,
secara kasat mata kita bisa melihat bahwa pendidikan kita sama sekali
belum merata. Di desa dan di kota sangat berbeda dari segi fasilitas,
guru dan lingkungan. jadi jelas kompetensi gurunya berbeda dan sistem
pembelajarannya juga akan berbeda.
Dalam hal fasilitas kita masih tertingga jauh dengan negara maju seperti
Finlandia. yang saya maksud disini adalah fasilitas sekolah untuk
mendukung kegiatan belajar. termasuk laboratorium bahasa, sains dan
lainnya. tanpa fasilitas yang memadai sangat sulit untuk menelurkan
siswa yang berprestasi dibidangnya. terlebih jika kita berbicara dengan
sekolah-sekolah di pinggiran desa yang jauh dari kata wajar dan bahkan
jarang mendapat bantuan, dikunjungipun hampir tidak pernah. jadi siapkah
mereka memulai kurikulum baru ini.
Guru juga memiliki peran aktif dalam hal menjalankan kurikulum ini.
sosialisai tentang kurikulum 2013 ini sangat penting agar guru tidak
mengalami "serangan jantung" tiba-tiba. tanpa pengetahuan yang cukup
maka guru tidak akan bisa mengaplikasikan kurikulum baru ini. terlebih
lagi dalam kurikulum baru ini guru dituntut lebih mandari dan aktif
menciptakan bahan. disini guru dituntut melakukan tiga hal yaitu Guide,
teach, explain. guru diharapkan dapat membimbing siswa, mengajarkan
mereka dan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. jadi tidak
sebatas mengeluarkan isi buku dan dimasukkan ke kepala siswa, tetapi
peran aktif guru lebih dituntut untuk menuntun siswa mendapatkan apa
yang seharusnya mereka dapat di sekolah.
Keterlibatan pihak ketiga seperti orang tua juga harus dipikirkan
kedepan. jadi tidak hanya sebatas belajar di sekolah dan selesai.
orangtua harus diajak terlibat dengan pendidikan anak agar mereka
mengerti akan apa yang dibutuhkan anak. dalam hal ini pihak sekolah
memiliki peran menghubungkan orangtua dan guru sehingga bakat anak bisa
tersalurkan dengan tepat. orangtua tentu mengetahui bakat anak lebih
baik dari guru jadi tugas orangtua adalah berkoordinasi dengan guru
melalui keterlibatan dalam evaluasi. nantinya ini bisa menjadi masukan
bagi guru dan juga pemerintah dalam hal evaluasi kurikulum.
Akhirnya saya berharap pemerintah dapat lebih terbuka dalam hal
perubahan kurikulum dengan melibatkan siswa, guru dan masyarakat. karena
pada hakikinya merekalah yang lebih berperan dalan hal pendidikan
karena mereka lebih tahu dengan pengalaman dilapangan. semoga kurikulum
2013 akan lebih baik dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. semoga!
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masykur_ideas/kurikulum-2013-indonesia-vs-kurikulum-finlandia_5519ae6ea33311111ab6598e
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masykur_ideas/kurikulum-2013-indonesia-vs-kurikulum-finlandia_5519ae6ea33311111ab6598e
Lagi-lagi Indonesia
untuk kesekian kalinya berencana menggantikan kurikulum. ada beberapa
perubahan yang telah dirombak dari kurikulum lama yaitu penghapusan mata
pelajaran bahasa Inggris pada tingkat sekolah dasar serta pendakatan
tematik integratif yang katanya pada pendekatan ini siswa akan belajar
dengan tema yang akan di kombinasikan dengan mata pelajaran, yaitu
:PPKN, Agama, bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Pendidikan
jasmani.
Kurikulum ini sendiri seperti kata Kemendikbud bukanlah kurikulum baru
di dunia, bahkan sudah diterapkan di Finlandia, Jerman dan prancis.
pertanyaannya apakah kurikulum ini bisa di operasionalkan di Indonesia
dengan pertimbangan keadaan lingkungan yang bisa dikatakan masih jauh
berbeda dengan negara yang disebutkan diatas? tentu tidak mudah menjawab
pertanyaan ini secara langsung karena kita belum melihat dampak
kurikulum ini kedepan. untuk itu mari kita melihat secara sekilas
bagaimana kontras kurikulum Finlandia dan Indonesia
Kurikulum di Finlandia
salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and
equal treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat
perlakuan yang sama. di Finlandia semua anak punya hak sama dalam
pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin dan semua
sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak. jadi siswa
bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. hal lain yang
membuat sistem pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak ada
assessment atau penilaian. siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk
memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak heran jika di dalam
kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak
sebagai guru utama dan 1-nya sebagai asisten. di sisi lain berdasarkan
hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and have their
say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman
dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan. jadi mereka memiliki hak
mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. mereka juga
mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan
anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan
untuk diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama
seperti anak lainnya.
Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti
yang semuanya terbungkus dengan kata orientation. kenapa ada kata
orientation? karena kurikulum di Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa
6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa belajar isi dari seluruh
pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh kemampuan
menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar
mereka. maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini yaitu
examine, understand, & experience. jadi siswa melatih kemudian
memahami dan mencoba. jadi pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak
belajar isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu
tersebut. tentunya dengan fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik
desa maupun kota.
Hal menarik lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia
tidak sebatas hanya di dalam kelas. siswa diajak mengekplorasi
pengetahuan secara langsung di luar kelas ketika bahan ajar berkaitan
dengan lingkungan. jadi dalam hal ini siswa tidak semata-mata belajar
teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka tentang alam
demi mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung.
jangan heran jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement,
orang tua siswa juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga
secara tidak langsung memiliki ikatan kerjasama dengan sekolah.
tujuannya adalah agar memungkinkan pihak sekolah tahu bakat anak secara
akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan di
sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah. luar biasa
bukan? dan ini mereka lakukan dalam bentuk diskusi bersama orangtua dan
staff.
tidak hanya itu, orang tua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum
sehingga mereka punya hak memberikan saran untuk perkembangan si anak.
ini adalah peran nyata orangtua dalam pendidikan. jadi orantua di
Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke sekolah dan terus selesai,
mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk memonitor kemajuan si
anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran dan pendapat
untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.
Kurikulum di Indonesia
di atas saya sudah menjelaskan bagaimana kurikulum di Finlandia di
Jalankan. nah, sekarang mari kita bandingkan dengan kurikulum di
Indonesia. di Indonesia kurikulum di atur oleh pemerintah pusat dengan
keterlibatan mereka yang ahli dalam bidang kurikulum. kurikulum hanya
bisa diubah oleh pemerintah sementara masyarakat hanya menjadi konsumen
yang patuh dan taat. orangtua didik juga tidak terlibat apapun dalam hal
kurikulum. lantas, bagaimana melihat kurikulum kita berhasil atau
tidak? apa cukup dengan nilai UAN?
untuk menjawab pertanyaan diatas mungkin anda bisa menerka-nerka jawaban
sesuai pengalaman anda yang sudah lama belajar di Indonesia dan
tanyakan pada diri anda sendiri apakah selama ini anda merasa puasa
dengan sistem pembelajaran yang ada.
menerapkan kurikulum dari negara maju sah-sah saja selama diterapkan
dengan benar dan tepat sasaran. namun dari itu apakah kita siap
mengadopsi sistem negara maju yang mereka memang kondisi pendidikan
didukung baik oleh sarana dan prasarana dan guru yang memiliki latar
belakang keilmuan dan pengalaman yang baik. sementara di Indonesia,
secara kasat mata kita bisa melihat bahwa pendidikan kita sama sekali
belum merata. Di desa dan di kota sangat berbeda dari segi fasilitas,
guru dan lingkungan. jadi jelas kompetensi gurunya berbeda dan sistem
pembelajarannya juga akan berbeda.
Dalam hal fasilitas kita masih tertingga jauh dengan negara maju seperti
Finlandia. yang saya maksud disini adalah fasilitas sekolah untuk
mendukung kegiatan belajar. termasuk laboratorium bahasa, sains dan
lainnya. tanpa fasilitas yang memadai sangat sulit untuk menelurkan
siswa yang berprestasi dibidangnya. terlebih jika kita berbicara dengan
sekolah-sekolah di pinggiran desa yang jauh dari kata wajar dan bahkan
jarang mendapat bantuan, dikunjungipun hampir tidak pernah. jadi siapkah
mereka memulai kurikulum baru ini.
Guru juga memiliki peran aktif dalam hal menjalankan kurikulum ini.
sosialisai tentang kurikulum 2013 ini sangat penting agar guru tidak
mengalami "serangan jantung" tiba-tiba. tanpa pengetahuan yang cukup
maka guru tidak akan bisa mengaplikasikan kurikulum baru ini. terlebih
lagi dalam kurikulum baru ini guru dituntut lebih mandari dan aktif
menciptakan bahan. disini guru dituntut melakukan tiga hal yaitu Guide,
teach, explain. guru diharapkan dapat membimbing siswa, mengajarkan
mereka dan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. jadi tidak
sebatas mengeluarkan isi buku dan dimasukkan ke kepala siswa, tetapi
peran aktif guru lebih dituntut untuk menuntun siswa mendapatkan apa
yang seharusnya mereka dapat di sekolah.
Keterlibatan pihak ketiga seperti orang tua juga harus dipikirkan
kedepan. jadi tidak hanya sebatas belajar di sekolah dan selesai.
orangtua harus diajak terlibat dengan pendidikan anak agar mereka
mengerti akan apa yang dibutuhkan anak. dalam hal ini pihak sekolah
memiliki peran menghubungkan orangtua dan guru sehingga bakat anak bisa
tersalurkan dengan tepat. orangtua tentu mengetahui bakat anak lebih
baik dari guru jadi tugas orangtua adalah berkoordinasi dengan guru
melalui keterlibatan dalam evaluasi. nantinya ini bisa menjadi masukan
bagi guru dan juga pemerintah dalam hal evaluasi kurikulum.
Akhirnya saya berharap pemerintah dapat lebih terbuka dalam hal
perubahan kurikulum dengan melibatkan siswa, guru dan masyarakat. karena
pada hakikinya merekalah yang lebih berperan dalan hal pendidikan
karena mereka lebih tahu dengan pengalaman dilapangan. semoga kurikulum
2013 akan lebih baik dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. semoga!
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masykur_ideas/kurikulum-2013-indonesia-vs-kurikulum-finlandia_5519ae6ea33311111ab6598e
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masykur_ideas/kurikulum-2013-indonesia-vs-kurikulum-finlandia_5519ae6ea33311111ab6598e
mantab jiwa (y)
BalasHapus